Monday, July 29, 2013

EKOLOGI beringin Ficus benjamina yANG BERATI ILMU KEHIDUPAN

Ekologi berasal dari bahasa Yunani, yang terdiri dari dua kata, yaitu oikos yang artinya rumah atau tempat hidup, dan logos yang berarti ilmu. Ekologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari baik interaksi antar makhluk hidup maupun interaksi antara makhluk hidup dan lingkungannya. Sehingga ekologi berkepentingan dalam menyelidiki interaksi organisme dengan lingkungannya.          

Beringin (Ficus spp.) merupakan spesies yang memiliki nilai ekologi sangat tinggi peranannya pada kawasan hutan. Beringin selain berfungsi sebagai tanaman penjaga erosi tanah dan penyimpan cadangan air juga merupakan tanaman yang sangat disukai sebagai habitat satwaliar.

Beringin merupakan sumber pakan untuk beberapa jenis burung, serangga, reptilia, ampibia dan mamalia. Akar gantung pohon beringin merupakan tempat bermain untuk beberapa jenis primata. Selain itu beringin juga merupakan tempat bersarang untuk burung, reptilia dan mamalia.

Pada pohon beringin terjadi suatu interaksi biotik yang sangat komplek. Interaksi tersebut merupakan hubungan simbiosis mutualisme antara sesama spesies yang ada di situ. Sehingga oleh beberapa ahli ekologi, pohon beringin sering dijadikan salah satu indikator bahwa hutan yang bervegetasikan tanaman dari jenis Ficus spp. adalah hutan yang dalam kondisi klimaks atau dalam proses suksesi menuju klimaks.          

Pada kawasan hutan tanaman yang dibiarkan tumbuh secara alami tanpa bantuan manusia, pohon beringin akan tumbuh dengan sendirinya. Proses penyebaran beringin di alam merupakan peran dari satwaliar yang memakan bijinya. Biasanya satwa yang berperan besar dalam proses penyebaran beringin di alam adalah jenis burung pemakan biji dan primata.

Satwa tersebut memakan biji beringin, kemudian membuangnya melalui feces atau mulutnya di tempat yang berbeda dari tempat asal induk beringinnya. Biji tersebut akan berkecambah di tanah ataupun menjadi parasit pada tanaman lain (hemi-epifit).

Meskipun penyebaran beringin di alam dapat dilakukan oleh satwaliar, namun untuk mempercepat proses pembentukan hutan alam perlu dilaksanakan kegiatan pengkayaan jenis beringin. Proses penyiapan benih untuk kegiatan pengkayaan jenis beringin bisa dilakukan dengan cara menyemai biji atau dengan cara stek batang.

Selain dianggap sebagai pohon suci oleh umat Budha, pohon beringin juga dianggap sebagai “pohon hantu” oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Pohon beringin dipercaya merupakan tempat tinggal berbagai jenis mahluk halus. Masyarakat beranggapan bahwa dengan mengganggu beringin berarti mereka juga telah mengganggu mahluk halus yang ada di dalam pohon tersebut. Sehingga sebagian besar masyarakat tidak berani untuk mengganggu keberadaan pohon tersebut.          

Keberadaan pohon beringin mampu meningkatkan keamanan kawasan hutan tempat pohon tersebut berada. Hal tersebut dikarenakan keberadaan pohon beringin pada suatu kawasan hutan mampu meningkatkan daya magis untuk kawasan tersebut. Kawasan hutan yang bervegetasikan pohon beringin akan dianggap sebagai hutan yang angker. Bahkan tidak jarang kawasan hutan yang bervegetasikan pohon beringin dijadikan sebagai “hutan larangan” oleh masyarakat sekitar hutan. Hutan larangan merupakan kawasan hutan yang tidak boleh dimasuki secara bebas oleh masyarakat. Hal ini biasa muncul dari mitos-mitos atau legenda yang berkembang dalam komunitas masyarakat sekitar hutan.

Dengan status angkernya, masyarakat sekitar hutan biasanya akan merasa  takut untuk memasuki kawasan hutan yang terdapat pohon beringinya. Sehingga secara tidak langsung dengan tidak adanya masyarakat yang masuk kedalam kawasan hutan, maka kawasan hutan tersebut akan aman dari kegiatan perusakan hutan oleh manusia. Selain itu, beringin juga merupakan tanaman berkayu yang  tidak diproduksi sebagai bahan bangunan. Sehingga beringin tergolong tanaman yang tidak akan dicuri atau di tebang oleh para pencuri kayu.

Pengamanan hutan oleh hutan sendiri merupakan sebuah pola pengamanan hutan terbaik dan terefektif. Dengan pola pengamanan seperti itu, tidak akan terjadi konflik sosial atau korban jiwa dalam kegiatan pengaman hutan. Pengelola hutan juga akan sangat terbantu baik dari segi tenaga maupun biaya dalam kegiatan pengamanan kawasan hutan.

Melihat potensi keamanan yang besar dampaknya bagi kawasan hutan, sebenarnya pohon beringin selain bagus dikembangkan pada kawasan hutan lindung juga bagus di tanam pada kawasan hutan produksi. Pada kawasan produksi, beringin dapat dijadikan sebagai tanaman sela, tepi atau pengisi bagi tanaman pokok hutan. Selain berfungsi sebagai penjaga keamanan kawasan, beringin juga berfungsi sebagai tanaman yang mampu meningkatkan biodiversity pada kawasan produksi.

Ficus benjamina L merupakan spesies yang memiliki nilai ekologi sangat tinggi


Beringin dapat menyerap polutan berupa 35.520 mgr amonia dan 22.560 mgr formaldehida / 24 jam. beringin merupakan tanaman yang memiliki nilai budaya dan religi yang tinggi bagi masyarakat Indonesia. Keberadaan tanaman beringin pada suatu tempat biasanya selalu identik sebagai tempat yang memiliki daya magis yang tinggi. Beringin juga dijadikan sebagai tanaman suci bagi sebagian masyarakat Indonesia, terutama buat umat Budha dan beberapa aliran kepercayaan.

Dibawah pohon beringin yang berhawa sejuk, oleh sebagian masyarakat Indonesia merupakan tempat cocok untuk melakukan kegiatan-kegiatan ritual budaya. Sering ditemukan banyak aneka rupa sesaji diletakkan di bawah pohon beringin yang berukuran besar dan berusia ratusan tahun.  Pohon beringin dipercaya sebagai tempat bersemayamnya berbagai macam mahluk halus, sehingga banyak masyarakat menjadikan pohon tersebut sebagai tempat pemujaan.

Ficus benjamina Spermatophyta (Menghasilkan biji)


Pohon beringin atau dalam bahasa latin bernama Ficus sp. merupakan tanaman dari famili Moraceae. Ficus merupakan marga terbesar Famili Moraceae yang banyak dijumpai di Indonesia, baik di dataran tinggi maupun di dataran rendah. Ada sekitar 1000 jenis Famili Moraceae, setengahnya adalah Ficus. Tanaman ini berupa pohon yang bisa mencapai tinggi 35 meter, tumbuh di tanah dan ada yang bersifat hemi-epifit.

Beringin merupakan tanaman yang memiliki kemampuan hidup dan beradaptasi dengan bagus pada berbagai kondisi lingkungan. Selain itu keberadaan tanaman beringin pada kawasan hutan bisa dijadikan sebagai indikator proses terjadinya suksesi hutan. Beringin juga merupakan tanaman yang memiliki umur sangat tua, tanaman tersebut dapat hidup dalam waktu hingga ratusan tahun.

Tanaman beringin memiliki kemampuan sebagai tanaman konservasi mata air dan penguat lereng alami. Hal tersebut dapat dilihat dari struktur perakarannya yang dalam dan akar lateral yang mencengkeram tanah dengan baik. Selain itu, jenis-jenis beringin memang diketahui sebagai habitat beberapa burung, reptilian, serangga dan mamalia yang mengkonsumsi buahnya. Jadi, dengan menanam beringin, secara tidak langsung juga akan mengkonservasi fauna yang menjadikan beringin sebagai tempat hidupnya. Jenis tanaman Ficus juga dikenal sebagai tanaman untuk upacara adat di Bali dan sebagai tanaman obat. Beringin  juga memiliki kemampuan yang tinggi untuk menyerap polusi dalam hal ini CO2 dan timbal hitam di udara.

Pada proses pembangunan kawasan hutan lindung di kawasan hutan produksi, beringin memiliki peranan yang cukup penting. Hal tersebut karena beringin memiliki nilai hidrologis, ekologis, budaya, religi dan keamanan kawasan hutan. Sehingga dalam pembangunan hutan lindung, beringin harus dimasukkan sebagai salah satu jenis tanaman yang perlu dikayakan pada kawasan tersebut. Pengkayaan jenis beringin akan dapat mempercepat proses suksesi kawasan hutan untuk mencapai kondisi klimaks.

BERINGIN DOLAR biasa di sebut Ficus-benjamina/Banyan tree/Waringin/Beringin/PANGGANG


Salah satu ciri kota-kota tua di Pulau Jawa adalah keberadaan alun-alun yang berada di pusat kota. Pada kawasan alun-alun tersebut, biasanya terdapat pohon beringin. Berada dibawah pohon beringin saat siang hari mampu memberikan kesejukkan bagi yang berada dibawahnya. Sehingga bukan pemandangan aneh bila di bawah pohon beringin sering dijadikan sebagai tempat untuk istirahat warga kota. Mereka tidak perduli dengan suara ramai dan panas disekitarnya, karena telah mendapatkan kenyamanan di bawah pohon yang rindang dengan ditemani suara burung yang berkicau.

Pohon beringin merupakan salah satu pohon yang sangat kharismatik bagi budaya masyarakat Indonesia. Sehingga pohon ini sejak zaman dahulu selalu ditanam di pusat kota sebagai salah satu simbul kekuasaan yang mengayomi warganya. Bahkan pada masa orde baru pohon tersebut dijadikan sebagai lambang untuk partai berkuasa di Indonesia. Bahkan pohon beringin merupakan salah satu lambang yang ada dalam Pancasila yang merupahkan falsafah Negara Indonesia.

Beringin Putih (Ficus benjamina) BERINGIN dolar BERINGIN PANGGANG


Belakangan pohon jenis Ficus benjamina kita anggap sesuatu yang tidak ada gunanya kebiasaan kita adalah melupakan sesuatu yang kecil tanpa kita sadari sesuatu yang kecil tadi menjadi sesuatu yang besar bagi semua orang memperhatikan lingkungan sekitar sangat penting seperti tanaman ini dimana var varigata ini sudah banyak dilupakan, apalagi bagi mereka yang hanya menilai potensi utama hutan berasal dari kayu dan selalu mengusahakan nilai komersil secara terus menerus dari kayu, menganggap Ficus benjamina var varigata kurang memiliki nilai ekonomis, karena bentuk batangnya yang tidak beraturan dan tidak tegak lurus.

Padahal dibalik itu terdapat manfaat yang tidak ternilai dari beberapa jenis Ficus benjamina var varigata terhadap aspek ekologi, estetika dan religi/ sosial budaya.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, penulis mencoba menguraikan secara ringkas beberapa peran dan fungsi dari jenis Ficus benjamina var varigata yang tidak ternilai harganya ini bagi kelangsungan mahkluk hidup di muka bumi.

Ficus benjamina Beringin DOLAR menjadi PEMASUKAN untuk kemajuan DESA

Perlu kita ketahui indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki hutan tropik cukup luas, berdasarkan data yang kami temui, luas hutan tropis Indonesia menduduki peringkat ketiga dunia, sehingga tidak salah kemudian Indonesia dianggap memiliki peran penting sebagai paru-paru dunia.

Fenomena-fenomena alam yang terjadi saat ini berupa global warning yang terlihat dari meningkatnya tinggi permukaan laut, perubahan iklim, meningkatnya suhu bumi, efek rumah kaca, hujan asam, banjir dan lain sebagainya, berdasarkan ungkapan beberapa ahli dikaitkan dengan laju deforestasi yang cukup tinggi akibat pembangunan di berbagai sektor, sehingga hutan yang ada saat ini sudah tidak lagi mampu memainkan perannya sebagai penyeimbang iklim di bumi.

Pembangunan kehutanan di Indonesia saat ini hendaknya sudah tidak lagi berorientasi kepada manfaat ekonomi secara langsug (tangible) dari hutan, namun seyogyanya sudah harus mengarah kepada nilai/manfaat intangible (manfaat yang tidak dapat dihitung secara nyata/langsung) dari hutan, ini sesuai dengan beberapa kali pidato menteri kehutanan periode sebelum ini (MS Kaban) bahwa manfaat hutan berupa kayu hanya 5 % dari nilai total ekonomi sumber daya hutan.

Tugas PEMERINTAH DAERAH untuk Mempromosikan Ficus benjamina Beringin DOLAR

Beringin putih (Ficus benjamina var varigata.) merupakan salah satu spesies yang memiliki nilai ekologi sangat tinggi, selain berfungsi sebagai pencegah erosi tanah dan penyimpan cadangan air juga merupakan tanaman yang sangat disukai sebagai habitat satwaliar.
Pohon ini merupakan sumber pakan dan bersarang untuk beberapa jenis burung, serangga, reptilia, ampibia dan mamalia. Akar gantung pohon beringin selain bisa digunakan untuk pengobatan berbagai penyakit juga merupakan tempat bermain untuk beberapa jenis primata.
Pada kawasan hutan hujan tropis tanaman dibiarkan tumbuh secara alami tanpa bantuan manusia seperti halnya pohon beringin putih dapat tumbuh dengan sendirinya. Karena proses penyebarannya di alam merupakan peran dari satwaliar yang memakan bijinya. Satwa yang berperan besar dalam proses penyebaran beringin di alam adalah beberapa jenis burung pemakan biji dan primata.
Pada pohon beringin terjadi suatu interaksi biotik yang sangat komplek. Interaksi tersebut merupakan hubungan simbiosis mutualisme antara sesama spesies yang ada di situ. Sehingga dapat dikatakan, pohon beringin merupakan salah satu indikator untuk hutan yang dalam kondisi klimaks atau dalam proses suksesi menuju klimaks. Setiap jenis pohon yang ada di permukaan bumi mengandung manfaat yang cukup besar yang terkadang tidak kita sadari, salah satunya jensi Ficus benjamina var varigata yang selama ini keberadaannya sudah mulai berkurang. Untuk itu agar jenis yang memiliki banyak manfaat ini tidak punah maka diperlukan usaha konservasi sumber daya genetik tanaman hutan jenis ini dengan baik.
Beberapa usaha yang dapat dilakukan dalam upaya tersebut dapat ditempuh dengan cara :
  1. Pelestarian in situ pada beberapa kawasan pelestarian berupa Taman Nasional dan Cagar Alam serta Hutan Lindung bahkan Hutan Produksi.
  2. Pelestarian Ex- situ yang dapat dilaksanakan pada Lembaga Penelitian, Universitas, BUMN/BUMS kehutanan dengan menggunakan perpaduan teknologi berupa pengkayaan biji dan benih.

JENIS tanaman RAWA dan dekat ALIRAN SUNGAI NAMANYA Ficus benjamina Beringin DOLAR


Pengamanan hutan oleh hutan sendiri merupakan sebuah pola pengamanan hutan terbaik dan terefektif. Dengan pola pengamanan seperti itu, tidak akan terjadi konflik sosial atau korban jiwa dalam kegiatan pengaman hutan. Pengelola hutan juga akan sangat terbantu baik dari segi tenaga maupun biaya dalam kegiatan pengamanan kawasan hutan.

Selain dianggap sebagai pohon suci oleh umat Budha, pohon beringin putih juga dianggap sebagai “pohon hantu” oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Pohon ini dipercaya merupakan tempat tinggal berbagai jenis mahluk halus. Masyarakat beranggapan bahwa dengan mengganggu beringin berarti mereka juga telah mengganggu mahluk halus yang ada di dalam pohon tersebut. Sehingga sebagian besar masyarakat tidak berani untuk mengganggu keberadaan pohon tersebut.

Keberadaan pohon beringin putih mampu meningkatkan keamanan kawasan hutan tempat pohon tersebut berada. Hal tersebut dikarenakan keberadaan pohon beringin pada suatu kawasan hutan mampu meningkatkan daya magis untuk kawasan tersebut. Kawasan hutan yang bervegetasikan pohon beringin putih akan dianggap sebagai hutan yang angker. Bahkan tidak jarang kawasan hutan yang bervegetasikan pohon beringin dijadikan sebagai “hutan larangan” oleh masyarakat sekitar hutan. Hutan larangan merupakan kawasan hutan yang tidak boleh dimasuki secara bebas oleh masyarakat. Hal ini biasa muncul dari mitos-mitos atau legenda yang berkembang dalam komunitas masyarakat sekitar hutan.

Dengan status angkernya, masyarakat sekitar hutan biasanya akan merasa takut untuk memasuki kawasan hutan yang terdapat pohon beringinnya. Sehingga secara tidak langsung dengan tidak adanya masyarakat yang masuk kedalam kawasan hutan, maka kawasan hutan tersebut akan aman dari kegiatan perusakan hutan oleh manusia. Selain itu, beringin juga merupakan tanaman berkayu yang tidak diproduksi sebagai bahan bangunan. Sehingga beringin tergolong tanaman yang tidak akan dicuri atau di tebang oleh para pencuri kayu.

Budidaya Ficus benjamina Beringin DOLAR Yang menguntungkan

Suatu lembaga pengobatan penyakit kanker di bawah naungan Fakultas Farmasi Universitas Gajah Mada (CCRC-Farmasi UGM, 2009) mengungkap bahwa, dewasa ini beringin putih maupun saga banyak digunakan dalam ramuan tradisional untuk pengobatan kanker. Berdasarkan data empiris yang ada, kedua tanaman tersebut memang sudah terbukti mampu mengobati atau mencegah kanker. Beringin putih dan saga mempunyai kandungan yang sama yaitu saponin, flavanoid, dan alkaloid yang mampu menghambat laju pertumbuhan sel kanker namun tidak dapat membunuh sel kanker (agen kemopreventif).

Beringin putih merupakan tanaman yang memiliki nilai budaya dan religi yang tinggi bagi masyarakat Indonesia. Keberadaan tanaman ini pada suatu tempat biasanya selalu identik sebagai tempat yang memiliki daya magis yang tinggi. Pohon ini juga dijadikan sebagai tanaman suci bagi sebagian masyarakat Indonesia, terutama buat umat Budha dan beberapa aliran kepercayaan.

Kondisi dibawah pohon beringin putih yang berhawa sejuk, oleh sebagian masyarakat Indonesia merupakan tempat cocok untuk melakukan kegiatan-kegiatan ritual budaya. Sering ditemukan banyak aneka rupa sesaji diletakkan di bawah pohon beringin yang berukuran besar dan berusia ratusan tahun. Pohon beringin dipercaya sebagai tempat bersemayamnya berbagai macam mahluk halus, sehingga banyak masyarakat menjadikan pohon tersebut sebagai tempat pemujaan.

Pohon beringin putih memiliki story dan falsafat hidup yang tinggi, merupakan pohon bodi yang tumbuh di surga. Ini tidak terlepas dari cerita keberadaan pohon beringin itu sendiri yakni legenda Dewi Parwati yang karena kesalahannya dihukum oleh suaminya Dewa Siwa selama 8 tahun untuk membersihkan diri di kuburan dalam wujud Dewi Durga.

Setelah menjalani masa hukuman, Dewa Siwa turun ke dunia menjemput Parwati yang saat itu berwujud raksasa Dewi Durga. Siwa pun berubah wujud menjadi raksasa bernama Kala Engket. Rasa rindu ini menimbulkan kama atau nafsu antara Siwa dan Durga. Disebutkan dari kama ini tumpahlah air mani Siwa, yang jatuh di badan Durga berubah wujud menjadi bhutakala-bhutakali (raksasa), makhluk halus (jin-jin) dan setan. Yang tumpah di tanah menjadi pohon kepuh, pohon beringin putih, pohon pule.

Ketiga pohon tersebut merupakan pohon sakral di Bali maupun Jawa seperti pule batang kayunya dipakai untuk topeng barong/rangda. Sedangkan pohon beringin putih, daunnya dipakai sarana saat upacara ngaben, upacara mamukur (kelanjutan ngaben), komponen pembuatan penjor (tiang bambu yang dihias janur saat hari Galungan) dan ritual-ritual lainnya.

Ficus benjamina Beringin DOLAR BISA jadi komoditi ekspor ASIA

Tanaman beringin putih dapat menjadi komoditi biofarmaka karena memiliki kandungan kimia pada akar berupa asam amino, fenol, gula dan asam orange (Dalimartha S, 2005).

Penyakit yang dapat diobati dari pohon beringin putih antara lain Pilek, demam tinggi, radang amandel (tonsilitis), nyeri rematik sendi, luka terpukul (memar), influenza, radang saluran napas (bronkhitis), batuk rejan (pertusis), malaria, radang usus akut (acute enteritis), disentri, kejang panas pada anak (www.AsianBrain.com).
Bagian yang digunakan dari pohon beringin putih adalah akar udara dan daun dengan terlebih dahulu sebelum digunakan dicuci lalu dikeringkan (Dalimartha S, 2005), yakni :
a. Akar udara bermanfaat untuk mengatasi:
  • - pilek, demam tinggi,
  • - radang amandel (tonsilitis),
  • - nyeri pada rematik sendi, dan
  • - luka terpukul (memar).
b. Daun bermanfaat untuk mengatasi :
  • - influenza,
  • - radang saluran napas (bronkitis), batuk rejan (pertusis),
  • - malaria,
  • - radang usus akut (akut enteritis), disentri, dan
  • - kejang panas pada anak.

Perkembangan Ficus benjamina Beringin DOLAR

Pada beberapa pusat kota di Pulau Jawa, terdapat pohon beringin putih terutama di alun-alun, bahkan di perkarangan istana kepresidenan Republik Indonesia di Bogor terdapat beberapa pohon beringin putih yang cukup besar yang berfungsi sebagai hiasan taman dan tanaman pelindung.

Penanaman pohon besar disepanjang jalur hijau jalan, bantaran rel kereta api, jalur tegangan tinggi, serta jalur tepian air bantaran kali, situ, waduk, tepian pantai, dan rawa-rawa akan membentuk infrastruktur hijau raksasa yang berfungsi ekologis. Kota pohon akan memberikan keteduhan kepada pejalan kaki, dan penunggang sepeda (Joga, 2008 dalam dalam Swestiani D. dan A. Sudomo, 2009).

Berbagai penelitian menyebutkan 1 hektar Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang dipenuhi pohon besar menghasilkan 0,6 ton O2 untuk 1.500 penduduk setiap hari, menyerap 2,5 ton CO2/tahun (6 kg CO2/batang per tahun), menyimpan 900 m3 air tanah/tahun, mentransfer air 4.000 liter/hari, menurunkan suhu 5ºC - 8ºC, meredam kebisingan 25-80 % dan mengurangi kekuatan angin 75-80%. 4 pohon dewasa (tinggi 10 m ke atas, diameter batang lebih dari 10 cm, tajuk lebar dan berdaun lebat) dapat menyerap gas emisi yang dikeluarkan oleh setiap mobil (Joga, 2008 dalam Swestiani D. dan A. Sudomo, 2009).

Pemilihan penanaman beringin putih pada hutan kota sangatlah tepat, karena disamping sangat baik untuk pengaturan tata air, pencegahan bahaya erosi dan banjir, tingkat strata tajuk yang lebat dan padat dapat berpengaruh mengurangi/meredam kebisingan, angin dan terik sinar matahari sehingga menurunkan suhu kota.
Dalam rangka mengantisipasi pemanasan global atau meningkatnya suhu bumi, dan mendukung program-program internasional sperti REDD dan CDM, maka pengkayaan jenis beringin putih sudah menjadi keharusan. Jenis Ficus benjamina var varigata memiliki kemampuan menyerap karbondioksida yang tinggi, yakni sebanyak 535,90 kg/pohon/tahun., dibanding kayu komersial lainnya seperti Jati (Tectona grandis) yang hanya mampu menyerap karbondioksida sebanyak 135,27 kg/pohon/tahun (Duryatmo, 2008. dalam Swestiani D. dan A. Sudomo, 2009).

Disamping manfaat di atas, beringin putih juga memiliki nilai estetika yang cukup tinggi, sehingga tidak sedikit para pengrajin tanaman hias menjadikan beringin putih sebagai salah produk bonsai dan tanaman hias yang mempunyai harga jual cukup tinggi.

KONSEP untuk Taman belum rame KALAU belum ada Ficus benjamina Beringin DOLAR

Beringin putih merupakan jenis spesies kunci, tumbuhan ini sangat penting artinya kerena merupakan “perekat” kebersamaan dalam kelompok ekologi. Dan jika spesies kunci ini punah, maka mengakibatkan kepunahan jenis lain baik hewan dan tumbuhan yang nilainya tidak terhitung (Whitten, 2002. dalam Swestiani D. dan A. Sudomo, 2009).

Alasan beringin putih dikatakan spesies kunci diantaranya karena buahnya mendukung populasi beberapa vertebrata selama pohon lain tidak berbuah. Tidak seperti sebagian besar pohon dan liliana lain pada hutan tropis, buah pohon beringin putih masak tidak berdasarkan musim, disaat tanaman lain belum berbuah beringin putih mampu menghasilkan buah yang melimpah.

Dengan struktur tajuk yang rapat dan lebat, menjadikan pohon beringin putih terlindung dari sinar terik matahari dan menciptakan kondisi udara yang sejuk. Hal ini merupakan surga bagi beberapa jenis serangga dan burung. Salah satu jenis serangga yang dijumpai adalah Tawon ficus (Blasthopaga quadraticeps), yang menggunakan pohon ini untuk berproduksi dan bersarang.

Dengan adanya buah yang melimpah, pohon yang rindang dan sejuk ditambah dengan adanya serangga, menjadikan beringin putih merupakan tempat yang sangat disukai beberapa jenis burung, seperti burung pemakan buah dan biji yakni Punai Gading (Treron Vernans) dan Kepudang Kuduk Hitam (Oriolus chinensis). Burung pemakan ulat atau tawon ficus yakni Cipoh Kacat (Aegithina thipia) dan Walet Sapi (Callocalia esculenta), sedangkan burung yang suka bersarang di pohon ini adalah Kutilang (Pycnonotus aurigaster) dan Trocokan ((Pycnonotus goiavier).

Bahkan ada salah satu jenis burung di Pulau Sulawesi yakni Rangkong (Aceros cassidix) menjadikan pohon ini sebagai tempat bersarang, berproduksi dan sumber makanan. Burung rangkong ini juga berperan besar dalam penyebaran biji pada hutan hujan tropis, karena burung rangkong dapat terbang dengan jarak yang cukup jauh.

Burung Madu Sriganti (Nectariniajugalaris) serta Cabai Jawa (Dicaeum trochileum) mencari makan di benalu yang tumbuh pada pohon beringin putih (Anonim, 2003 dalam Swestiani D. dan A. Sudomo, 2009). Ada beberapa jenis mamalia yang mengunjungi pohon beringin putih seperti orang utan, siamang, dan berbagai macam kera, dan beruang madu (Whitten, 2002 dalam Swestiani D. dan A. Sudomo, 2009).