Monday, July 29, 2013

EKOLOGI beringin Ficus benjamina yANG BERATI ILMU KEHIDUPAN

Ekologi berasal dari bahasa Yunani, yang terdiri dari dua kata, yaitu oikos yang artinya rumah atau tempat hidup, dan logos yang berarti ilmu. Ekologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari baik interaksi antar makhluk hidup maupun interaksi antara makhluk hidup dan lingkungannya. Sehingga ekologi berkepentingan dalam menyelidiki interaksi organisme dengan lingkungannya.          

Beringin (Ficus spp.) merupakan spesies yang memiliki nilai ekologi sangat tinggi peranannya pada kawasan hutan. Beringin selain berfungsi sebagai tanaman penjaga erosi tanah dan penyimpan cadangan air juga merupakan tanaman yang sangat disukai sebagai habitat satwaliar.

Beringin merupakan sumber pakan untuk beberapa jenis burung, serangga, reptilia, ampibia dan mamalia. Akar gantung pohon beringin merupakan tempat bermain untuk beberapa jenis primata. Selain itu beringin juga merupakan tempat bersarang untuk burung, reptilia dan mamalia.

Pada pohon beringin terjadi suatu interaksi biotik yang sangat komplek. Interaksi tersebut merupakan hubungan simbiosis mutualisme antara sesama spesies yang ada di situ. Sehingga oleh beberapa ahli ekologi, pohon beringin sering dijadikan salah satu indikator bahwa hutan yang bervegetasikan tanaman dari jenis Ficus spp. adalah hutan yang dalam kondisi klimaks atau dalam proses suksesi menuju klimaks.          

Pada kawasan hutan tanaman yang dibiarkan tumbuh secara alami tanpa bantuan manusia, pohon beringin akan tumbuh dengan sendirinya. Proses penyebaran beringin di alam merupakan peran dari satwaliar yang memakan bijinya. Biasanya satwa yang berperan besar dalam proses penyebaran beringin di alam adalah jenis burung pemakan biji dan primata.

Satwa tersebut memakan biji beringin, kemudian membuangnya melalui feces atau mulutnya di tempat yang berbeda dari tempat asal induk beringinnya. Biji tersebut akan berkecambah di tanah ataupun menjadi parasit pada tanaman lain (hemi-epifit).

Meskipun penyebaran beringin di alam dapat dilakukan oleh satwaliar, namun untuk mempercepat proses pembentukan hutan alam perlu dilaksanakan kegiatan pengkayaan jenis beringin. Proses penyiapan benih untuk kegiatan pengkayaan jenis beringin bisa dilakukan dengan cara menyemai biji atau dengan cara stek batang.

Selain dianggap sebagai pohon suci oleh umat Budha, pohon beringin juga dianggap sebagai “pohon hantu” oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Pohon beringin dipercaya merupakan tempat tinggal berbagai jenis mahluk halus. Masyarakat beranggapan bahwa dengan mengganggu beringin berarti mereka juga telah mengganggu mahluk halus yang ada di dalam pohon tersebut. Sehingga sebagian besar masyarakat tidak berani untuk mengganggu keberadaan pohon tersebut.          

Keberadaan pohon beringin mampu meningkatkan keamanan kawasan hutan tempat pohon tersebut berada. Hal tersebut dikarenakan keberadaan pohon beringin pada suatu kawasan hutan mampu meningkatkan daya magis untuk kawasan tersebut. Kawasan hutan yang bervegetasikan pohon beringin akan dianggap sebagai hutan yang angker. Bahkan tidak jarang kawasan hutan yang bervegetasikan pohon beringin dijadikan sebagai “hutan larangan” oleh masyarakat sekitar hutan. Hutan larangan merupakan kawasan hutan yang tidak boleh dimasuki secara bebas oleh masyarakat. Hal ini biasa muncul dari mitos-mitos atau legenda yang berkembang dalam komunitas masyarakat sekitar hutan.

Dengan status angkernya, masyarakat sekitar hutan biasanya akan merasa  takut untuk memasuki kawasan hutan yang terdapat pohon beringinya. Sehingga secara tidak langsung dengan tidak adanya masyarakat yang masuk kedalam kawasan hutan, maka kawasan hutan tersebut akan aman dari kegiatan perusakan hutan oleh manusia. Selain itu, beringin juga merupakan tanaman berkayu yang  tidak diproduksi sebagai bahan bangunan. Sehingga beringin tergolong tanaman yang tidak akan dicuri atau di tebang oleh para pencuri kayu.

Pengamanan hutan oleh hutan sendiri merupakan sebuah pola pengamanan hutan terbaik dan terefektif. Dengan pola pengamanan seperti itu, tidak akan terjadi konflik sosial atau korban jiwa dalam kegiatan pengaman hutan. Pengelola hutan juga akan sangat terbantu baik dari segi tenaga maupun biaya dalam kegiatan pengamanan kawasan hutan.

Melihat potensi keamanan yang besar dampaknya bagi kawasan hutan, sebenarnya pohon beringin selain bagus dikembangkan pada kawasan hutan lindung juga bagus di tanam pada kawasan hutan produksi. Pada kawasan produksi, beringin dapat dijadikan sebagai tanaman sela, tepi atau pengisi bagi tanaman pokok hutan. Selain berfungsi sebagai penjaga keamanan kawasan, beringin juga berfungsi sebagai tanaman yang mampu meningkatkan biodiversity pada kawasan produksi.

No comments:

Post a Comment