Saturday, July 20, 2013

HARGA PALING MAHAL MENCAPAI 150 JUTA

Selembar Huexotzinco Codex dari Mexico, dicat pada sebuah āmatl
Di Indonesia, beberapa macam genus Ficus juga dipergunakan dan masuk ke dalam budaya Indonesia. Mislanya, beringin (Ficus benjamina) -dikarenakan akar gantungnya yang menjuntai dari batang-, disangka ia merupakan tempa hantu duduk-duduk di sana. Tabat barito (Ficus deltoidea) diseduh seperti teh oleh masyarakat Gayo untuk afrodisiak. Begitu juga oleh masyarakat Sunda yang mempergunakan tumbuhan ini sebagai obat.Uyah-uyahan (Ficus quercifolia) juga direbus dan air rebusannya diminum untuk mengobati kencing batu dan oleh masyarakat Bali Aga, tumbuhan ini dibalur bersamaan dengan garam untuk mengobati penyakit kulit. Ia juga dipakai untuk mengobati penyakit kembung.Untuk mengobati teriris benda tajam, getah ara (Ficus fistulosa) dioles pada luka hingga kering 1-2 kali sehari. Sedangkan, di Sumba ara ditumbuk dan direbus untuk mengobati cacingan. Awar-awar (Ficus septica) digunakan pula oleh di Sumba untuk ibu yang baru saja melahirkan dan sayangnya, oleh masyarakat Tolaki ini digunakan untuk aborsi.

USIA BERINGIN DOLAR BISA MENCAPAI LEBIH DARI 250 TAHUN

 

Makna penting budaya dan agamawi
Pohon-pohon ara sangat mepengaruhi kebudayaan melalui beberapa tradisi keagamaan. Antara lain yang sangat terkenal adalah "Pohon Bodhi" (Pipal, Bodhi, Bo, atau Po), yang merupakan spesies Ficus religiosa, atau pun pohon "banyan" dari spesies Ficus benghalensis. Tumbuhan hidup tertua yang diketahui jelas tarikh penanamannya adalah sebuah pohon ara Ficus religiosa yang dikenal sebagai Sri Maha Bodhi, ditanam di sebuah kuil di Anuradhapura, Sri Lanka oleh raja Tissa pada tahun 288 SM.
Hindu/Buddha
Di Asia Timur, pohon ara dianggap penting dalam Buddhisme, Hinduisme, dan Jainisme. Menurut tradisi, Buddha dikatakan mendapatkan bodhi (pencerahan) ketika bermeditasi di bawah Pohon Bodhi (F. religiosa).Spesies yang sama disebut sebagai Ashvattha, yaitu "pohon dunia" dalam Hinduisme. Plaksa Pra-sravana disebut sebagai pohon ara yang akar-akarnya menjadi sumber Sungai Saraswati; pohon ini sering dianggap sebagai F. religiosa walaupun mungkin lebih tepat sebagai F. infectoria.
Yahudi/Kristen
Pohon ara merupakan pohon ketiga yang disebutkan di Alkitab Ibrani atau Perjanjian Lama di Alkitab Kristen, setelah "pohon kehidupan" dan "pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat". Adam dan Hawa menyemat daun pohon ara dan membuat cawat untuk menutupi tubuh mereka setelah mereka tahu, bahwa mereka telanjang.
Buah ara juga termasuk daftar makanan yang ditemukan dalam Tanah Perjanjian menurut Taurat (Ulangan 8). Yesus Kristus mengutuk sebuah pohon ara karena tidak menghasilkan buah (Markus 11:12–14).
Islam
Pohon ara umum adalah salah satu dari dua pohon keramat dalam Islam, dan salah satu surah dalam Quran diberi nama Surah At-Tin (سوره تین) yang bermakna "pohon ara" karena diawali dengan sumpah Allah "Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun" (QS. 95:1). Buah ara juga disebutkan dalam hadits sebagai buah yang menurut Nabi Muhammad turun dari surga serta dapat mengobati wasir dan encok.
Kebudayaan lain
Pohon ara dikeramatkan dalam budaya Siprus kuno di mana dijadikan lambang kesuburan.